Teks Orasi Bambang Suharno di acara Wisuda STIE Tunas Nusantara Jakarta 18 Des 2010 (Judul Mengembangkan Mental Wirausaha Untuk Membangun Masyarakat Berbudaya Wirausaha)


Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi saya, karena inilah yang pertama kalinya saya diundang untuk menyampaikan orasi ilmiah dalam sebuah forum yang sangat terhormat, yaitu acara wisuda sarjana dan ahli madya STIE Tunas Nusantara Jakarta.

Materi yang akan saya sampaikan dalam forum ini merupakan hasil pengalaman, pengamatan, kontemplasi bertahun-tahun mengenai kewirausahaan. Materi ini saya tujukan khususnya untuk para lulusan STIE Tunas Nusantara yang tengah berbahagia pada hari ini, dengan harapan apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat dalam mengembangkan karir masa depan Saudara-Saudara semua.

Cara Gila dan Cara Tidak Gila

Akhir-akhir ini kewirausahaan telah menjadi spirit baru bagi masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia. Semangat ini tercermin dari banyaknya kaum muda yang mulai sadar akan peluang sukses melalui kegiatan kewirausahaan.

Sejumlah seminar dan training wirausaha digelar di berbagai kota oleh berbagai lembaga. Buku-buku wirausaha makin banyak diminati masyarakat. Pesan yang disampaikan para penganjur kewirausahaan cukup beragam, dan kemudian ada pendapat umum yang menyatakan bahwa “Menjadi Pengusaha Harus Gila”. Kata gila diterjemahkan “tidak perlu rajin kuliah hingga terkena sanksi Drop Out (DO) kemudian otomatis jadi pengusaha” atau “silakan malas bekerja bagi karyawan, dan suatu hari di-PHK sehingga dalam situasi terdesak dapat menjadi pengusaha”.

Diakui, tidak sedikit para korban Drop Out dan  PHK dapat sukses membangun bisnis. Akibat DO dan PHK mereka punya daya juang tinggi, tidak mau kalah dengan mereka yang bekerja atau kuliah dengan tekun.

Akan tetapi dalam bisnis tidak ada istilah “formula tunggal”. Jika ada “cara gila”, dipastikan ada “cara tidak gila” jadi pengusaha. Dan banyak sekali pengusaha sukses yang menerapkan cara-cara tidak gila menjadi pengusaha hebat. Mereka ada yang kuliah hingga lulus dan merintis bisnis hingga sukses. Ada yang mengawalinya dengan menjadi karyawan kemudian menjadi pengusaha. Mereka merencanakan bisnisnya dengan normal dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya bisnisnya.

Trilogi Mental Wirausaha; Antara Yang Gila dan Tidak Gila

Banyak pakar menyebutkan, entrepreneur adalah orang-orang yang sangat berani mengambil resiko, memiliki daya kreasi dan inovasi yang tinggi, berjiwa kompetisi, cepat tanggap terhadap perubahan, dan berbagai ciri lainnya yang kerap kali makin menjauhkan kita dari impian wirausaha. Banyak pakar yang menyebutkan berbagai macam syarat wirausaha yang justru menghasilkan kesimpulan bahwa hanya orang-orang tertentu yang bisa menjadi pengusaha.

Padahal jika kita sepakat untuk membangun masyarakat berbudaya wirausaha, maka kegiatan kewirausahaan  haruslah menjadi sebuah kebiasaan yang bisa dilakukan oleh siapapun, baik yang mampu menerapkan “cara gila” maupun “cara tidak gila”.

Melalui pengamatan dan pengalaman, saya menyimpulkan bahwa para pebisnis hebat pada umumnya memiliki 3 ciri dalam menjalankan kehidupannya. Saya menyebutnya Trilogi mental wirausaha, yaitu:

1.            Mental produktif.

Orang-orang bermental produktif senantiasa berupaya agar setiap mendapatkan penghasilan selalu berupaya menyisihkannya untuk menciptakan penghasilan baru. Sebuah survey terhadap eksekutif yang berpenghasilan di atas 15 juta/bulan oleh Citibank tahun 2007, menunjukan kenyataan yang sebaliknya. Pada umumnya mereka menghabiskan gajinya begitu saja. Bahkan 60% dari gajinya digunakan untuk membayar cicilan hutang, sisanya yang 40% untuk belanja konsumtif. Artinya 100 % pengeluaran adalah pengeluaran konsumtif. Cara ini sangat beresiko jika sewaktu-waktu mereka terkena PHK.

Masyarakat perkotaan banyak yang terjebak pada kehidupan yang sangat konsumtif. Mereka berkarir mengejar gaji, namun semakin tinggi gajinya, hutangnya semakin membengkak. Dan celakanya semua hutangnya adalah hutang konsumtif.

Lebih celaka lagi apabila para pedagang menerapkan pola pengelolaan uangnya sebagaimana karyawan. Hampir dapat dipastikan bisnis mereka akan stagnan, seperti tanaman yang tidak diberi pupuk.

Justru mental produktif ini banyak saya temukan di pedesaan yang berbudaya pertanian. Banyak pegawai yang menyisihkan gajinya untuk membeli sawah dan kebun atau untuk mengembangkan lahan pertanian warisan orang tua mereka, sehingga mereka dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.

2. Mental pemberdaya

Mental pemberdaya adalah kemampuan dan kebiasaan untuk memimpin dan mendelegasikan pekerjaan. Jika pengusaha pemula terjebak mengerjakan hal teknis terus-menerus, bisnis mereka akan berjalan di tempat. Hal ini karena fokus perhatiannya bukan pengembangan bisnis melainkan mempertahankan rutinitas pekerjaan. Mereka yang terlalu memfokuskan diri pada hal-hal teknis dan rutinitas sehari-hari, akan terjebak pada kesibukan menegur dan meluruskan kesalahan karyawan, bukan membimbing dan memberdayakannya.

Belajarlah memimpin dalam komunitas terkecil agar mampu menjadi pebisnis yang handal. Para mahasiswa yang terbiasa aktif di kegiatan kemahasiswaan setidaknya sudah memiliki bekal sebagai seorang calon pemimpin. Belajar kepemimpinan yang terbaik adalah langsung praktek memimpin, sambil belajar teorinya.

3. Mental Tangan di atas.

Ini mungkin banyak dilupakan atau malah diabaikan oleh para ilmuwan bisnis. Kita semua mungkin bisa menerapkan ilmu marketing kelas dunia, menerapkan manajemen paling canggih. Apakah dijamin bisa berhasil? Ternyata tidak. Anda boleh menerapkan strategi marketing yang sudah terbukti berhasil di perusahaan lain, namun hal ini tidak serta-merta anda menghasilkan kesuksesan yang sama.

Maka petuah kuno sangat bermanfaat, yaitu “semakin kita banyak memberi, maka semakin banyak mendapatkan”.

Menerapkan Cara Tidak Gila Jadi Pengusaha

Berikut ini saya uraikan Tujuh Cara Tidak Gila Jadi Pengusaha yang dapat anda lakukan mulai hari ini.

1. Tingkatkan Sedekah

Coba kita cermati data ini. Total sumbangan 50 dermawan terbesar USA th 2003 sebesar Rp. 500 triliun. Mereka menyumbang 40% dari hartanya. Warren Buffet, salah satu orang terkaya dunia, kekayaannya sebesar 42 miliar USD (Rp 400 Triliun), menyumbang 80% kekayaan untuk kegiatan sosial. Charles feeney (pemilik duty free shop) menyumbangkan 39% sahamnya untuk kegiatan sosial.

Tidak sedikit orang berkomentar, mereka mampu menyumbang sebegitu banyak karena uangnya sudah melimpah. Menurut hemat saya, kita harus berpikir sebaliknya “karena terbiasa menyumbang dalam prosentase banyak, maka Tuhan menitipkan lebih banyak rejeki untuk mereka”.

Sedekah adalah anjuran semua agama. Donald Trump, pengusaha real estate USA nyaris bangkrut di tahun 1990an, dengan hutang 6 juta USD. Ia memulai kebangkitannya dengan beramal lebih banyak.

Sedekah adalah teknik yang dapat di lakukan siapapun yang ingin menerapkan “mental tangan di atas”.

2. Mengumpulkan modal

Modal utama seorang untuk memulai bisnis adalah networking, kemampuan, kemauan dan kredibilitas. Sekalipun demikian, modal dalam bentuk rupiah kadangkala dibutuhkan, terlebih bagi yang belum memiliki network yang memadai.

Oleh karena itu meskipun belum ada bayangan mau berbisnis apa, sebaiknya mulailah menyisihkan sebagian pendapatan anda. Sisihkan sebagian untuk sedekah, dan sebagian lagi untuk ditabung. Bisa juga anda menabung dalam bentuk fisik seperti emas, property, tanaman, ternak atau yang lainnya. Tabungan produktif semacam itu untuk melatih pengendalian jiwa konsumtif.

Banyak orang merasa tidak mampu menyisihkan uang untuk menabung, karena yang dilakukan adalah, uang yang ada dipakai terlebih dahulu, sisanya baru ditabung. Ini cara yang salah, karena kenyataannya, berapapun uangnya, jarang sekali orang yang hidup di dunia modern ini yang sanggup menyisihkan uang untuk tabungan. Cara yang benar adalah disisihkan dulu untuk ditabung, sisanya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Ada yang bereaksi “mana cukup?”. Saran saya, coba saja dari yang kecil. Anda akan menyadari bahwa pada akhirnya bisa juga dilakukan dalam situasi yang serba terbatas.

Seorang office boy bernama Waryono (anggota Indonesian Entrepreneur Society/IES) yang gajinya hanya sebatas UMR, nyatanya mampu menyisihkan uang untuk membuka warung sembako yang dimulai dengan Rp. 500 ribu. Saat ini bisnisnya sudah berkembang menjadi usaha pecel lele, usaha tanaman hias, warung padang dan WC umum.

3. Menetapkan pilihan bisnis

Bagi sebagian orang, proses ini tidaklah gampang. Sebagian mengatakan, di masa ekonomi sulit sekarang ini, bisnis apa yang menguntungkan. Mau bisnis voucher pulsa sudah banyak di setiap ujung jalan, mau buka usaha kuliner sudah berjubel di setiap perumahan, mau mendirikan sekolah juga sudah banyak sekali dan sebagian tidak laku, mau buka warung sembako juga begitu.

Sebagian lagi merasa peluang bisnis demikian banyak, sampai sulit memilih yang mana yang cocok. Kelompok ini berpikiran sangat positif. Mereka melihat banyaknya usaha warnet, usaha voucher pulsa, usaha kuliner dan lain-lain sebagai pertanda bahwa peluang makin banyak karena adanya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Apapun kesulitan anda, camkanlah bahwa sulit artinya bisa. Jangan sekali-kali mengatakan sulit artinya tidak bisa. Agar supaya kata-kata sulit berubah menjadi bisa, maka disarankan agar mulai dengan banyak berdialog dengan pelaku bisnis, banyak membaca peluang bisnis. Anda perlu mempertimbangkan faktor eksternal yaitu peluang di lingkungan terdekat, kemudian mempertimbangkan faktor internal, yaitu kesenangan, dukungan lingkungan keluarga, network yang tersedia dan lainnya.

Pilihan anda akan mengerucut pada 1 atau lebih bisnis pilihan anda. Segeralah lakukan salah satunya.

Untuk memudahkan, mari kita lihat beberapa aspek yang bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan bisnis.

  • Minat dan Hobi. Bill Gates, Anita Roddick (Body Shop), Susi Susanti, Elfira Nasution mengembangkan bisnis sesuai minat dan hobynya.
  • Pekerjaan dan Keterampilan. Banyak orang memulai usaha diawali dengan kegiatan yang seiring dengan pengalaman kerja dan ketrampilan.
  • Pengalaman. Contohnya King C Gillette kesal karena sering terluka ketika ia bercukur dengan pisau yang tajam, di kemudian hari ia dapat menciptakan pisau cukur yang praktis yang dikenal di Indonesia sengan nama silet.
  • Pengamatan. Isaac Merritt Singer mengidentifikasi kebutuhan  mesin jahit untuk rumah tangga, dengan merk Singer. George Eastman mengamati  kamera besar dan berat, ia ciptakan kamera portable.
  • Pendidikan. Banyak orang berpendidikan teknik, pertanian, computer dan lain-lain kemudian dapat menciptakan ide bisnis cemerlang berdasarkan pendidikannya.

4. Mendapatkan mitra bisnis.

Kita semua paham, bahwa tidak ada orang sukses sendirian dalam menjalankan bisnis dan karir pekerjaan. Di balik sukses para bintang, banyak orang yang menjadi pendukung sukses mereka. Begitupun dalam berbisnis. Jika anda punya banyak uang untuk dijadikan sebuah bisnis, anda perlu mitra yang mampu mengolah modal anda agar dapat berkembang. Sebaliknya jika anda akan menjalankan bisnis tapi tidak punya modal, anda membutuhkan mitra yang memiliki modal. Anda juga akan membutuhkan karyawan sebagai mitra anda untuk mengembangkan bisnis.

Karena kita akan memilih mitra bisnis, sebaiknya calonnya lebih dari satu. Untuk itu mulailah mencari calon mitra anda dengan cara memasang iklan di media cetak, mengumumkan melalui internet, sms, dan sarana komunikasi lainnya.

Pergaulan dengan kalangan pelaku bisnis akan lebih memudahkan anda mendapatkan mitra bisnis.

5. Mengelola dan Mengembangkan

Pepatah mengatakan, rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Petuah “hemat pangkal kaya” biasanya diterjemahkan dengan menabung untuk masa depan. Tidak sedikit orang memimpikan bahwa di masa tua nanti, dapat hidup dari bunga deposito yang besar dari akumulasi menabung.

Tapi berdasarkan kalkulasi bunga bank yang normal, berhemat dengan cara menabung semata-mata untuk mendapatkan bunga, merupakan cara yang sangat lambat untuk memproduktifkan uang. Jika Anda mengharapkan bunga deposito Rp 5 juta rupiah/bulan sebagai passive income di masa depan, maka Anda perlu menabung sebesar 1 juta per bulan selama 28 tahun tanpa pernah berhenti dan tak diambil satu rupiahpun. Ini dengan asumsi bunga bank 8 persen per tahun.

Itu sebabnya, pengembangan dana melalui bisnis merupakan cara-cara yang memungkinkan kita dapat menerapkan mental uang produktif secara lebih cepat.

Caranya adalah dengan meningkatkan skala usaha atau melakukan duplikasi terhadap bisnis yang sudah berjalan. Di sinilah kemampuan anda menjalankan mental produktif diuji. Anda harus mampu menyisihkan setiap hasil bisnis untuk membuat bisnis baru. Demikian seterusnya agar pertumbuhan bisnis anda dapat mencengangkan banyak orang. Pada umumnya, jika hal ini dilakukan secara konsisten dengan cara yang baik, kita tidak perlu menunggu 28 tahun.

Selain kemampuan mengelola uang produktif, juga kemampuan memberdayakan orang. Tantangan kita dalam mengembangkan bisnis adalah bagaimana mendapatkan karyawan yang tepat dan bagaimana memberdayakannya agar dapat bekerja optimal.

6. Bersikap Ikhlas

Seorang entrepreneur harus bersikap ikhlas menerima hasil usahanya, berapapun hasilnya. Kelak, orang yang ikhlas akan merasakan dampak positifnya dalam jangka panjang. Ikhlas terletak di dalam hati. Orang yang bersikap ikhlas akan mempunyai ketentraman jiwa dan ketenangan batin. Jika kita tidak ikhlas dalam menerima hasil usaha yang kita kerjakan, maka kita harus bersiap kecewa dan dihantui ketakutan.

Kebanyakan dari kita haus akan simbol-simbol kesuksesan. Keinginan orang terlalu dini untuk memperolehnya. Banyak karyawan yang menomorsatukan penampilan dan gengsi sebagai orang yang sukses dan mapan, lantas membangun rumah mewah, membeli mobil bagus, alat komunikasi yang canggih, dan simbol kesuksesan lainnya dengan melalui pinjaman konsumtif.

Ikhlas adalah sikap yang mudah diucapkan dan untuk menerapkannya perlu latihan yang konsisten. Setiap orang bisa memiliki sikap ikhlas dalam hidupnya, asal sering berlatih, sebagai berikut:

  • Ketika akan melangkah, luruskan niat bahwa bisnis adalah kegiatan spiritual dengan maksud ibadah menjalankan perintah Tuhan.
  • Berprasangka baik terhadap apapun yang terjadi kepada Tuhan. Dengan mempraktekkan sikap ini, kita akan bisa bersikap ikhlas dalam menerima setiap hasil.
  • Sinkronkan pikiran, perasaan dan tindakan.
  • Jadikanlah bahagia  untuk meraih sukses (bukan mensyarakatkan sukses meraih sesuatu agar dapat bahagia)
  • Jangan merasa sebagai korban
  • Penuhi setiap hari dengan perasaan syukur

Sikap ikhlas akan membuat kita lebih produktif, mampu menyelesaikan masalah lebih cepat dan hidup lebih sehat dan produktif.

7. Mengembangkan Pergaulan Wirausaha

Ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa jika kita ingin mengetahui seseorang, kenalilah siapa temannya. Jika sahabatnya adalah pencopet, bisa dipastikan orang tersebut tidak jauh dari dunia kejahatan itu. Sahabat dan teman yang berada disekitar kita akan mempengaruhi diri kita. Jika kita berdekatan dengan penjual minyak wangi, kita akan menjadi harum, jika kita berdekatan dengan tukang sate, maka baju kita akan tercium aroma sate. Begitu besar peran teman atau sahabat.

Oleh karena itu, jika kita ingin menjadi pengusaha, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak pergaulan dengan wirausahawan. Selain berkenalan secara langsung, kita bisa ikut perkumpulan atau komunitas dimana para entrepreneuer berkumpul. Jika anda tertarik dan senang dengan dunia maya, anda bisa menjadikannya media untuk bergabung dengan milist para wirausahawan. Datang ke pameran bisnis, ikut seminar wirausaha, bergabung dengan komunitas wirausaha, adalah cara yang efektif untuk memperluas pergaulan wirausaha. Pergaulan wirausaha akan membuat mental wirausaha kita semakin kuat. Dari pergaulan inilah dapat terbentuk masyarakat yang berbudaya wirausaha.

Penutup; Membuat Situasi Terdesak

Dalam situasi terdesak, kita akan lebih cepat bergerak seakan memiliki energi yang luar biasa, lebih cepat mengambil keputusan dan lebih terampil. Keterdesakan menciptakan keberanian dan kecerdasan. Prof Yohanes Surya memperkenalkan istilah Mestakung (Alam Semesta Mendukung). Menurutnya, situasi terdesak membuat makhluk Tuhan  mampu melakukan sesuatu di luar kemampuan yang umum. Alam semesta mendukung upaya luar biasa dari setiap makhluk. Burung-burung di suatu benua bisa bermigrasi ke benua lain dalam situasi terdesak akibat perubahan cuaca.

Gambaran sederhananya, jika kita lari pagi dikejar 10 ekor anjing galak, dipastikan kecepatan lari kita sangat cepat dibandingkan lari pagi sendirian.

Untuk itu, bagi anda yang sudah punya niat memulai bisnis, segeralah membuat situasi terdesak. Anda bisa membuat spanduk, mencetak brosur, kartu nama atau apapun yang membuat orang lain menagih rencana anda. Semakin sering ditagih, semakin cepat anda berinovasi untuk dapat merealisasikan rencana bisnis anda.

Selamat berbisnis mengasah mental wirausaha.

Jakarta, Sabtu, 18 Desember 2010

 

Pos ini dipublikasikan di KUMPULAN NASKAH dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar